Kesenian Baombai Masyarakat Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung
Ihsanul Hasan, Mahasiswa Prodi Magister Susastra Universitas Andalas
Tari Baombai, sebuah warisan budaya yang berasal dari Nagari Padang Laweh di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, menggambarkan ikatan mendalam antara aktivitas agraris masyarakat dengan ekspresi seni. Tari ini memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan kegiatan gotong royong tradisional, khususnya dalam sistem kerja sama pertanian yang dikenal dengan istilah “Batobo.” Dalam konteks tersebut, Baombai berperan sebagai penghibur dan penguat semangat, di mana para petani, terutama kaum perempuan, menyanyi dan bergerak selaras dengan ritme kerja mereka di sawah.
Pada mulanya, Baombai bukanlah sebuah seni pertunjukan formal, melainkan bagian dari kehidupan sehari-hari petani yang mengolah lahan mereka. Para petani, terutama kaum ibu, menciptakan syair-syair yang mengiringi pekerjaan mereka, melantunkan pantun dengan lirik yang mengisahkan kehidupan, perjuangan, dan harapan. Gerakan-gerakan dalam tari ini, seperti mencangkul, menanam, hingga meratakan tanah, sepenuhnya terinspirasi dari proses bertani yang mereka jalani. Dari sinilah asal mula Baombai berkembang, mulai sebagai ekspresi spontan di ladang hingga akhirnya dibakukan menjadi sebuah seni pertunjukan.
Transformasi Baombai dari tradisi agraris menjadi seni panggung menunjukkan bagaimana kebudayaan lokal dapat terus beradaptasi dan berkembang seiring perubahan zaman. Jika pada masa lalu Baombai dilakukan tanpa instrumen musik yang mengiringi, saat ini tarian ini telah dilengkapi dengan irama musik tradisional Minangkabau, seperti talempong, untuk menambah dimensi estetika dalam pertunjukannya. Meski demikian, esensi dari Baombai tetap terjaga, yakni semangat kebersamaan, kerja keras, dan kekuatan komunitas.
Menurut Juprianto dan Masyur (2023), tarian Baombai mulai mendapat perhatian sebagai seni pertunjukan sekitar tahun 1975-an ketika seorang seniman lokal, Upiak Gantiang, mulai menggarapnya menjadi lebih terstruktur di Jorong Ganting, Nagari Sijunjung. Namun, jauh sebelum itu, Baombai telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Padang Laweh sebagai bentuk hiburan dan silaturahmi. Kini, Baombai tidak hanya dipentaskan dalam acara-acara adat seperti turun ke sawah atau pesta panen, tetapi juga dalam perayaan budaya dan festival di tingkat lokal maupun nasional.
Lebih dari sekadar hiburan, Baombai mengandung makna yang lebih dalam sebagai sarana pemersatu masyarakat. Dalam adat Minangkabau, khususnya di Kabupaten Sijunjung, tradisi Baombai juga digunakan dalam ritual adat yang melibatkan hubungan keluarga, seperti antara “anak pisang” dan “bako.” Tradisi ini menegaskan pentingnya silaturahmi dan penghormatan terhadap leluhur serta anggota keluarga lainnya, yang diwujudkan dalam bentuk acara-acara adat dengan elemen Baombai.
Dari sisi estetika, Tari Baombai mengandalkan energi gerakan yang dinamis dan harmonis. Gerakannya mencerminkan koordinasi yang sempurna antara penari, yang bergerak cepat dengan pola gerakan tubuh yang khas. Irama yang dimainkan oleh alat musik perkusi, seperti talempong, menjadi elemen kunci dalam membangun ritme tarian. Meskipun terkesan sederhana, tarian ini memiliki tingkat kerumitan tersendiri, terutama dalam menjaga kesatuan gerak yang menyimbolkan semangat gotong royong dan kebersamaan yang menjadi ciri khas masyarakat agraris Minangkabau.
Pakaian yang dikenakan dalam pertunjukan Baombai juga mengalami perubahan seiring dengan beralihnya tarian ini dari kegiatan agraris ke seni pertunjukan. Dahulu, para penari menggunakan pakaian sehari-hari yang biasa dikenakan saat bertani, seperti baju hitam dan penutup kepala khas petani Minangkabau. Kini, kostum yang dikenakan dalam pertunjukan di panggung telah disesuaikan dengan pakaian adat Minangkabau, seperti baju bundo kanduang dan deta pangulu, yang semakin memperkaya aspek visual pertunjukan.
Secara keseluruhan, Tari Baombai bukan hanya sebuah tarian tradisional yang indah dan dinamis, tetapi juga cerminan dari kehidupan masyarakat agraris Minangkabau yang penuh dengan makna sosial dan budaya. Tarian ini mengandung nilai-nilai seperti kebersamaan, kerja keras, dan kearifan lokal yang terus dipelihara dari generasi ke generasi. Melalui pertunjukan Baombai, kita tidak hanya melihat keindahan gerakan dan irama, tetapi juga merasakan kedalaman tradisi yang mengakar dalam kehidupan masyarakat di Padang Laweh, Kabupaten Sijunjung.
Baombai, dengan segala transformasinya, tetap menjadi simbol kebanggaan dan identitas budaya yang kuat, yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dan mengingatkan kita akan pentingnya melestarikan warisan budaya untuk generasi mendatang.
0 Comments